ZETIZENS.COM - Peraihan gelar juara umum timnas esports Indonesia dengan perolehan 3 medali emas dan 2 medali perak menjadi salah satu prestasi yang membanggakan bagi bangsa Indonesia di pergelaran SEA Games tahun ini.
Tapi Sobat Zetizens penasaran gak sih, bagaimana perjalanan esports yang umumnya hanya dianggap sebuah permainan dan memiliki stigma negatif di tanah air, pada akhirnya bisa masuk ke dalam kategori cabang olahraga dan diperlombakan?
Sejarah bermula di akhir 80-an di Kota Surabaya tepatnya pada 1989, kompetisi esports pertama kali di Indonesia berlangsung di Hi-Tec Mall Surabaya dengan permainan Super Mario Bros sebagai satu-satunya cabang yang hadir pada masa itu.
Baca Juga: Oleh Oleh Khas Serang Banten Yang Wajib Kamu Bawa Pulang
Perkembangan esports di tanah air semakin pesat pada awal 2000-an bersamaan dengan populernya bisnis warnet (Warung Internet).
Cabang video game yang diperlombakan juga semakin bervariasi kala itu, sebut saja FIFA World Cup, Counter Strike dan StarCraft yang sangat digandrungi anak muda pada masanya.
Memasuki akhir 2013, pembahasan terkait "apakah esports termasuk cabang olahraga?" menjadi topik yang panas untuk dibahas.
Tak hanya di Indonesia, banyak ahli dari berbagai negara juga memperdebatkan hal tersebut, berikut di antaranya :
Baca Juga: The Magic Flute, Menemukan Jalan yang Terlupakan
Presiden ESPN, John Skipper, berpendapat bahwa esports bukan olahraga, melainkan hanya sebuah kompetisi. Argumennya ini didukung oleh jurnal yang dirilis oleh Johan Cruyff Institute.
PLT Sekjen KOI, Helen Sarita memberi pembelaan kepada esports. Menurutnya, esports adalah bagian dari olahraga karena memiliki nilai-nilai olympism yang paling dasar, yaitu menggunakan tenaga dan pikiran manusia.
Puncak perdebatan sekaligus awal dari kejayaan bidang esports di Indonesia berada pada tahun 2018 ketika ASIAN Games berlangsung di Jakarta dan memasukkan 6 video game sebagai cabang perlombaan resmi.
Hal tersebut memicu perdebatan di kalangan masyarakat awam, namun juga memberi kebanggaan tersendiri bagi para pendukung esports tanah air yang umumnya didominasi oleh kalangan anak muda.
Untuk menjawab perdebatan pada masa itu, dilakukan beberapa kali diskusi terbuka antara para tokoh penting di dunia esports bersama masyarakat luas, seperti contohnya diskusi terbuka yang diselenggarakan di High Grounds Cafe di Penjaringan, Jakarta Utara pada Juli 2018 dengan narasumber Eddy Lim, ketua Indonesia ESports Association (IESPA).
Artikel Terkait
Promo Ini di XXI Cafe Ini Jangan Sampai Terlewatkan
Fitur-fitur Tersembunyi di Samsung Galaxy A14 Ini Patut Dicoba
Begini Tips Memilih Jenis Parfum Saat Cuaca Panas, Jangan Asal Pilih
Sang Pejuang Keadilan Katniss Everdeen dari Trilogi Hunger Games, Menginspirasi!
Bangun Kolaborasi Antar CSO di ASEAN untuk Akselerasi Transisi Energi
Christ Laurent, Aktor Pendamping Paling Ngetop yang Sekarang Bermain di Terpaksa Menikahi Tuan Muda
7 Film Romantis Remaja, Dijamin Seru untuk Ditonton
Gen Z Pasti Baru Tahu, Ini Dia Panji Manusia Milenium
The Magic Flute, Menemukan Jalan yang Terlupakan
Oleh Oleh Khas Serang Banten Yang Wajib Kamu Bawa Pulang