ZETIZENS.com - Tahukah kamu Indonesia sebenarnya sedang menghadapi darurat kesehatan mental.
"Satu dari dua masyarakat Indonesia merasa punya masalah kesehatan mental. Kualitas keparahan kesehatan mental kebanyakan dialami perempuan lintas usia, baik orang dewasa, ibu hamil, menyusui dan juga remaja," ujar Maria Ekowari, selaku Ketua Umum Wanita Indonesia Keren (WIK) dalam acara Media Briefing bertajuk ‘Pentingnya Kesehatan Mental untuk Cegah Bullying dan Flexing’ di Jakarta Selatan pada Jumat (26/5/2023).
Dengan banyak terjadinya fenomena mental disorder berupa flexing (pamer kekayaan, mobil dan barang-barang branded, prilaku narsistik), kasus KDRT, aksi bullying, dan intimidatif juga menjadi penanda gangguan mental yang sering dialami setengah warga Indonesia saat ini.
Baca Juga: Mahasiswa IT PLN Disumbang Fasilitas Belajar Kelistrikan dari Schneider Sustainability Challenge
Mengutip laman Cambridge Dictionary, flexing adalah perilaku di mana seseorang menunjukkan atau memamerkan perasaan bangga atau senang terhadap sesuatu yang dilakukan atau dimiliki secara berlebihan.
“Sebetulnya tidak ada yang salah kalo kita mengonsumsi konten flexing, cuma yang salah itu adalah kalau kita terpengaruh,” tuturnya lagi. Oleh sebab itu, penting untuk memiliki pengendalian diri.
"Budaya pamer boleh saja seadanya untuk sekadar mempercantik diri namun jika berlebihan yang bisa mengarah ke flexing itu yang akan menjadi beban kesehatan mental," jelasnya lagi.
Maria Ekowari juga menyebutkan, narsis dan flexing secara signifikan dipengaruhi gangguan kepribadian dan psikologis di masa kecil yang turut punya andil dan sumbangan terhadap prilaku ini.
"Namun nggak melulu karena kesalahan pola pengasuhan orangtua, pasalnya manusia itu fleksibel apalagi saat mereka di usia berkembang, seseorang bukan cuma dipengaruhi pola asuh orangtua tapi juga lingkungan dapat mengubahnya," terangnya lagi.
Terkait masalah kesehatan mental yang terjadi di Indonesia, Ray Basrowi selaku praktisi Kedokteran Komunitas dari Health Collaborative Center dan FKUI ikut mendukung WKI untuk mempromosikan kedasaran kesehatan mental di Indonesia.
Ray meyakini, kesehatan mental yang dialami warga kita nyata adanya. Bahkan ia merasa masih lebih banyak yang tidak kelihatan daripada yang jumlah yang terdeteksi.
"Untuk itu perlu ada rekonstruksi ilmiah untuk formula promosi kesehatan mental di Indonesia. Konstruksi ilmiah ini berdasarkan pendekatan Health Brief Model, dilakukan identifikasi apa masalah kesehatan mental sebenarnya, analisis gambaran dampaknya ke kesehatan fisik, sosial, ekonomi, budaya dan peradaban bangsa," paparnya.
Ray juga menyebut perlu untuk juga bekerjasama dengan WIK demi mendukung regulasi intervensi dan mitigasi (pendidikan, promosi dan advokasi) serta kebijakan pemerintah yang berorientasi pada dukungan kesehatan mental warga. (*)
Artikel Terkait
Aldi Taher Membuat Kaget Dunia Politik, Kok Bisa?
Sebanyak 200 Anak dari Berbagai Daerah Mengikuti Cilegon Pushbike Competition
Erick Thohir Siapkan Twin Tower untuk Dukung City Center Baru di Area Monas
Dapat Tempat Gratis di Cilegon Center Mall, Helldy Ingin UMKM Naik Kelas